Senin, 22 Januari 2018

Untukmu yang Tulang Rusukku Kau Ambil

Cinta, satu kata yang bisa membuat sebuah kisah paling sempurna dalam kehidupan ini. Ketika Adam dan Hawa dipertemukan, Cinta membuat mereka tegar. Cinta membuat mereka bahagia. Cinta membuat mereka harus terpisah ribuan kilometer. Cinta juga yang menyatukan mereka. Cinta memberikan mereka jalan untuk tetap bersama. Pada akhirnya mereka bersatu dan melahirkan jiwa-jiwa yang hidup dengan cinta. Mereka bahagia meskipun bukan lagi tinggal disurga. Dunia yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Tapi mereka percaya bahwa cinta akan membawa mereka kembali kesurga itu.

Aku, adalah seorang Adam yang masih mencari Hawa-ku. Saat tulang rusuk ku diambilnya, dia berlalu dan pergi. Tuhan Memisahkan kami hingga kini. Aku bahkan tidak tahu, apakah jarak kami dalam ribuan meter atau hanya sepenggal tangan saja. Ini masih rahasia. Sepertinya perjuangan ku akan lebih berat dari Adam. Aku harus mencarinya dengan satu petunjuk bahwa Hawa-ku sifatnya tidak jauh berbeda dari diriku. Dia cerminan diriku selama ini. Tuhan sempat berbisik, jika aku ingin Hawa ku baik, maka perbaiki dirimu terlebih dahulu. Lalu, aku harus perbaiki diriku terlebih dahulu? Kapan aku mecarinya? Apakah dia datang dengan sendirinya? Ternyata benar, perjuangan Adam tidak seberat perjuangan ku. Adam tahu siapa Hawa nya, sedangkan aku masih dirahasiakan oleh Tuhan-ku.

Pada fase dimana aku beranjak dewasa, aku mulai mencari dia yang telah ambil tulang rusuk ku. Aku pernah mengira bahwa aku bisa mendapatkan nya dalam waktu yang singkat. Tapi aku salah, mereka yang pernah singgah itu bukanlah Hawa- ku. Mereka juga mencari Adam nya. Mereka juga berpikir bahwa aku adalah Adam nya. Tapi mereka tidak sesuai dirusuk dan hatiku. Akupun tidak bisa memaksakan nya. Tuhan pun memisahkan kami, bukan untuk dipertemukan lagi tapi untuk mencari Adam dan Hawa yang benar. Lalu, buat apa Tuhan mempertemukan kami? Jika memang dia bukan tulang rusuk ku. Apa kebaikan nya? Bukan kah hanya memberi luka dan meninggalkan kenangan yang hanya mengganggu perjalanan ku mencari dia yang benar-benar ambil tulang rusuk ku?

Mungkin Adam diuji untuk tetap jauh dari Hawa nya dalam jangka waktu yang lama. Sendiri. Bahkan tidak ada seorangpun didunia ini selain dia dan Hawa. Adam tidak pernah bertemu dengan Hawa yang salah selain benar-benar Hawa nya. Karna pada saat itu, Tuhan tidak menciptakan dua bahkan tiga hawa yang berbeda. Adam tidak akan pernah keliru jika ia nantinya dipertemukan dengan Hawa. Sedangkan aku, bertemu dengan beberapa Hawa. Bersama dalam waktu yang terbatas. Mengecap yang nama nya cinta, mengukir kenangan indah bersama, merasakan pahit nya perbedaan pendapat dan kejam nya egois masing-masing. Akhirnya terrpisah juga. Kita pun saling menyakiti. Tidak ingin kenal lagi. Menutup pintu rapat-rapat agar dia tidak berusaha masuk lagi. Untuk apa? Kenapa kita dipertemukan jika memang bukan untuk bersama, selamanya?

Apadaya, aku tidak pernah kapok untuk mencari, meskipun aku belum yakin apakah dia yang Tuhan pertemukan saat ini adalah dia yang benar-benar ambil tulang rusuk ku. Yaaa, aku saat ini menemukan seseorang yang membuatku jatuh cinta. Bukan cinta pada pandangan pertama. Tapi aku menemukan banyak kesamaan diriku padanya. Ketika dia berbicara, hatiku mendengarkan. Ketika dia tersenyum, mataku terpaku padanya. Ketika dia bersedih, aku ingin mengoyak senyum ku untuk nya. Dia benar-benar membuatku lupa bahwa aku pernah tersakiti. Dia bahkan bisa membuatku resah apabila sedetik saja dia tidak bersamaku. Bayangan nya tidak luput dalam pikiranku. Sedetik saja pun tidak. Semua terasa tidak wajar. Semangatku kadang memuncak jika bertemu dengan nya, kadang dia juga bisa membuatku galau tak sewajarnya. Pertemuan semacam ini apakah menjadi ujian bagiku? Bukankah dulu aku pernah berucap bahwa untuk melupakan seseorang yang lama aku harus menghapusnya dengan cara menghadirkan seseorang yang baru? Tapi kenapa setiap pertemuan ada luka yang sama. Tergores disetiap sudut hati dan pikiran. Setiap pertemuan, ada saja rasa sakit yang merusak hari-hariku. Apakah ini pertanda bahwa pertemuan ini bukan pertemuan dengan Hawa-ku yang sebenarnya?

Untukmu yang tulang rusuk ku kau ambil, cepatlah kau datang menemuiku. Kembalikan rusuk ku dan bahagia bersamaku.

Rabu, 09 September 2015

Cerita Menarik Menuju Jakarta: Get Lost in Palembang



Episode kali ini, sosok Kak Artha dan Bang Lukman sangat banyak sekali membantu. Saya merasa tidak sendiri, meskipun menginjakan kaki dikota pempek itu untuk pertama kali. Setiap muncul hal yang meragukan, saya selalu bertanya kepada beliau. Penuh percaya diri, saya bawa ransel biru yang beratnya mencapat 15,5 kg - saya baru saja mengetahuinya dari petugas bagasi. Cukup berat untuk lelaki baik hati seperti saya. Tolong jangan tanya apa isinya. Tanya saja sama mama saya. Ada beberapa benda yang menurut saya tidak perlu dibawa karna hanya memberatkan saja. Tapi, beliau memaksa saya. “Bawa sajalah, pasti nanti perlu”. Dan ternyata benar sekali. Terimakasih Ma! Termasuk soal makanan. Beliau sangat detail sekali. 




Saya pun ke loket bus menuju Palembang. Saya putuskan untuk berangkat malam hari, sekitar pukul 21.00 wib. Berdasarkan info yang saya dapatkan, Perjalanan dari Jambi ke Palembang memakan waktu sekitar 5-6 jam perjalanan. Berarti, saya akan sampai disana sekitar jam 03.00 dini hari. Dan ternyata benar sekali. Dingin, lapar dan bingung menemukan tempat untuk nge-charge handphone; itulah kesan pertama saya menginjakan kaki dikota tersebut. Selama diperjalanan saya mencoba hubungi teman Couchsurfer yang ada disana. Mereka adalah Nanna dan Ginta. Saya beristirahat dikosan Ginta. Kosan sederhana yang tersembunyi dibalik hiruk pikuk keramaian kota. Karna Ginta harus berangkat kerja , maka dia tidak bisa menemani saya untuk mengelilingi kota Palembang.

Tgl 06 September 2015, sekitar jam 11 siang saya dijemput oleh Nanna dikosan nya Ginta. Dengan motor berwarna putih milik Nanna, kitapun memulai pertualangan hari itu. Hal pertama yang ingin sekali saya liat adalah jembatan ampera. Ternyata tidak terlalu sulit menuju kesana. sesampai disana anda sudah tau apa yang saya lakukan, yap taking my picture. Menurut Nanna, jembatan ini akan lebih romantis lagi kalau dilihat pada malam hari. Sayapun berniat akan kembali kesini pada malam hari nya. Setelah puas disini, kitapun menuju Museum Sutan Badaruddin 2. Hanya dengan membayar Rp. 5.000 per orangnya, kita sudah bisa menikmati benda-benda bersejarah asal kota Palembang. Mulai dari baju tradisional, rumah panggungnya, hingga peralatan rumah tangga. Semua dijelaskan dengan sangat detail oleh Nanna. Kebetulan dia lahir dan besar di Palembang.

Azan Dzuhur pun berkumandang, kita menuju Masjid Raya Palembang. Selesai sholat, saya pun merasa lapar. Awalnya saya ingin sambal tradisional yang ada disini untuk menu makan siang, tapi Nanna lebih merekomendasi Pempek paling enak yang pernah ada. Tempatnya pun nyaman dan adem, sangat cocok untuk makanan yang tergolong pedas ini. Langsung saja saya berubah pikiran. Kitapun berangkat menuju Rumah Pempek 1707. Benar saja, semua jenis pempek, tekwan, rujak mie, model hingga pempek crispy ada disini. Saya pun memesan rujak mie. Nanna lebih suka pempek ikan kesukaanya. Kita bercerita banyak hal tentang pengalaman jalan-jalan masing-masing. lumayan nih buat referensi jalan-jalan berikutnya. Pada akhirnya, Ginta pun menyusul kami kesini sepulangnya bekerja. Merasa sudah cukup puas menikmati pempek, kami pun berangkat ke Jakabaring Sport City, tempat dimana dilaksanakan Sea Games tahun 2011 lalu. Cukup mengagumkan melihat suasana yang nyaman sekali untuk sekedar jalan-jalan sore. Kami pun tak lupa selfie didepan stadion tersebut. What a nice day. 

Entah kenapa, saya merasa masih perlu menginap satu malam disini. Mereka (Ginta – Nanna) pun memaksa. Well, saya putuskan untuk menunda keberangkatan ke Jakarta esok pagi. Jadi, malam ini masih bisa menikmati suasana kota. Mereka mengajak saya mencicipi sambal tradisional kota ini. Kebetulan kita belum makan malam, maka kita pun menuju salah satu warung nasi yang cukup terkenal didaerah ini. Sesampai disana, saya meliahat antrian dan parkiran motor yang sangat banyak. Menurut Ginta, tempat ini dekat dengan kampus. Jadi, pelanggan nya banyak anak mahasiswa. Selain harganya yang sangat murah, makanan nya juga enak. Saya memilih untuk mencicipi pindang dan sambal ayam khas Palembang. Luaarrr biassaaa….

Tgl 07 September 2015, tepat jam 9 pagi. Adik sepupu Kak artha (Chery) mengantar saya kebandara. Saya pikir jarak tempuh dari kos Ginta tidak terlalu jauh menuju bandara, ternyata sempat memakan waktu sekitar 45 menit menuju kesana. dengan tergesa-gesa sayapun berusaha untuk sampai dibandara tepat waktu. Jadwal penerbangan saya jam 10.55 wib. Faktanya pesawat pun delay 30 menit.saya tetap bersyukur, karna saya bisa sampai di Jakarta dengan selamat. Meskipun asap tebal menutup awan, pesawat pun tetap diterbangkan. Sekitar jam 12.45 saya sampai di Jakarta. Mulai tercium kebisingan kota dari sini. Dengan penuh keyakinan saya akan terus berjalan mengejar mimpi. Bismillah…

*Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang sudah membantu, specially thank to my family and GOD*

Sabtu, 05 September 2015

Cerita Menarik Menuju Jakarta: Kabut Asap dikota Jambi



Satu hal yang saya sebut ujian pendewasaan diri, ketika semua rencana yang saya buat tidak disetujui oleh Yang Maha Kuasa. Rencana yang saya susun sekitar 3 minggu yang lalu, ternyata harus direvisi kembali. Membuat rencana boleh-boleh saja, tapi kita harus percaya bahwa tanpa persetujuan Nya apapun tak kan bisa terlaksana. Saya tetap berbaik sangka. Ada yang lebih menarik dari semua itu.


Tgl 04 September 2015. Tiket pesawat menuju Jakarta sudah saya pesan melalui internet. Rencana nya saya akan berngkat kejakarta untuk memenuhi panggilan salah satu perusahaan besar di Indonesia. Saya pilih Bandara sultan taha – Jambi agar akses kesana lebih dekat dari Muara Bungo. Tiket bus ke Jambi pun sudah siap saya pesan. Berangkat jam 20.00 dari Muara Bungo sampai di bandara Jambi sekitar jam 2.30 dini hari. Kondisi bandara yang masih sepi. Saya temukan beberapa orang yang sedang tidur di Mushola, sedangkan yang lainnya ada yang tidur di kursi bahkan dilantai. Sembari menunggu flight jam 06.05, saya pun menyibuk kan diri dengan gadget.

Isu tentang kabut asap di jambi sudah saya dengar melalui sepupu sebelum berangkat kejambi. Tapi saya tidak terlalu menghiraukan isu tersebut sampai pada akhirnya saya menyaksikan sendiri kabut asap yang tebal tersebut. Ternyata benar, penerbangan saya dibatalkan dikarnakan alasan cuaca. Semua antri dibagian konter untuk reschedule dijadwal penerbangan selanjutnya. Mulai dari jam 14.00, hingga jam 18.00 untuk penerbangan terakhir. Semuanya dibatalkan dengan alasan cuaca. Sebagian penumpang tampak kesal dengan kinerja maskapai pesawat ini. Banyak yang menyayangkan atas kurang nya informasi dan ketegasan atas jadwal penerbangan yang selalu ditunda. Ada yang marah, protes bahkan mengamuk dikonter tempat antrian. Antrian yang begitu panjang. Saya pastikan selesai hingga larut malam. Untungnya saya cepat berlari ke antrian, jadi dapat barisan depan. 

Satu hal lagi yang patut saya syukuri. Teman. Yah, teman bisa kita temukan dimana saja. Salah satunya melalui komunitas. Kebetulan saya bergabung dikomunitas Couchsurfing. Komunitas ini membantu para traveler yang membutuhkan penginapan dan informasi mengenai daerah yang dia tuju. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat diinternet.

Saya bertemu dengan bang Lukman Tanjung, beliau couchsurfer dari jambi. Jam 8 malam saya dijemput kebandara. Kesan pertama bertemu beliau, sangat welcome sekali. Beliau memiliki wawasan yang cukup luas, kemampuan bahasa Inggris yang luar biasa bagus sekali, dan juga komunikatif. Kebetulan beliau juga ada 2 orang tamu dari Rusia. Sesampai dirumahnya, saya letak kan tas ransel yang saya bawa, setelah itu, beliau pun mengajak kami untuk mengelilingi kota Jambi dimalam hari. Setelah berkeliling di Mall terbesar dikota Jambi, kami pun menikmati angin malam di Menara Genta Arasy. Kabarnya jembatan ini baru diresmikan bulan Maret 2015 kemaren. I was so lucky. Selanjutnya kita juga sempat mengunjungi museum yang ada disekitar menara, tapi sayangnya museum tutup. Perut pun terasa lapar. Bang Lukman membawa kami ketempat kuliner yang khas sekali disana. Nasi AMAK. Nasi gemuk yang dijual malam hari higga dini hari. Satu-satunya dikota Jambi. Terbukti, memang banyak sekali yang makan disana. Perut kenyang, kitapun kembali kerumah Bang Lukman dan beristirahat.

Tgl 05 September 2015, seharusnya saya berangkat ke Jakarta jam 07.40, tapi penerbangan masih belum bisa dilakukan. Kabut asap masih menebal. Setelah melakukan pertimbangan yang sangat alot dengan Mama. Kenapa Mama? Karna beliau lah yang mampu menenangkan saya dibalik ujian yang saya terima ini. Entah kenapa, setiap saya selesai berbicara dengan beliau melalui handphone, ada kekuatan yang tiba-tiba merasuki iwa dan raga. Sayapun memutuskan untuk berangkat ke Palembang. Saya dapatkan informasi bahwa Palembang bisa melakukan penerbangan ke Jakarta. Selain itu, saya juga melakukan diskusi dan pertimbangan yang sangat matang dengan Kak Arta; Beliau adalah teman dari teman saya di couchsurfing (Bang Ale). Kita bertemu pertama kali ketika sama-sama melakukan traveling ke Danau atas dan danau bawah, Solok, Sumatera Barat. Terimakasih untuk semuanya yang sudah membantu. Selanjutnya, perjalanan saya menuju kota Palembang. To be continued….

Kamis, 03 September 2015

Apa yang membuatmu tetap hidup?


  Pertanyaan ini saya jadikan kalimat pembuka dalam obrolan saya tentang kehidupan. Saya bukan lah orang yang ahli dalam menganalisa hidup. Tapi, apa yang saya rasakan juga pernah dialami oleh sebagian orang.

Dalam hidup banyak sekali tujuan yang harus dicapai. Saya mengibaratkan tujuan hidup dengan pertanyan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran, hati dan jiwa saya. Mengapa demikian? Pertanyaan adalah hal yang dilakukan dengan proses panjang untuk mendapatkan sebuah jawaban. Begitu juga dengan hidup. Apa tujuan hidupmu? Pertanyaan demikian terdengar sepele, tapi kita akan berpikir sekian jam untuk menjawabnya dengan sungguh-sungguh.

Saya pernah menanyakan banyak hal ke diri saya sendiri, tentang masa depan yang penuh dengan misteri. Salah satunya, akan menjadi apa saya 5 tahun kedepan? Mungkin bagi kita yang punya cita-cita dari kecil akan mudah menjawab. Menjadi guru, polisi, jurnalis, bahkan presiden. Tapi semakin dewasa, kita baru menyadari bahwa hal tersebut tidaklah mudah. Maka, untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu melakukan proses panjang dimulai dari menuntut ilmu. Belajar, belajar, dan belajar.

Saya percaya, Tuhan sudah menyediakan apa yang kita impikan. Karir, rezeki, pasangan hidup atau kebahagian. Tugas kita yaitu menelusuri proses tersebut untuk mendapatkannya. Saya mengibaratkan cita-cita seperti buah mangga. Tuhan sudah menyediakan mangga manis disebuah pohon untuk hambanya. Kita perlu memanjat pohon itu untuk mendapatkanya. Tergelincir, mungkin saja. Tapi apakah kita menyerah begitu saja? Semut yang menjadi halangan, mungkin saja. Apakah kita akan berhenti? Tentu tidak…

“Mulailah untuk tidak ragu pada kemampuan diri, dunia terlalu luas untuk orang yang meragukan kata hatinya sendiri – Olix Prussiano”

Jumat, 05 Juni 2015

Bali itu Indah, aku ingin menemuinya...



Sudah lama tak bersua dengan teman lama, tidak saling kabar, dan menghilang semenjak lulus Sekolah Menengah Pertama. Beberapa waktu lalu, aku mendapatkan akun facebooknya. Namanya Iqlima, anaknya baik, kalem dan simple. Kita saling tanya kabar dan bercerita. sampailah pada akhirnya Iqlima menanyakan tentang statusku. Dengan jujur aku menjawab bahwa aku masih sendiri, lalu Iqlima ingin mengenalkanku pada seseorang. Dia pun memberikan nomor handphone dan nama akun facebooknya kepadaku.
Beberapa waktu setelah percakapanku dengan Iqlima, aku pun berniat untuk menghubungi wanita yang dikenalkan Iqlima kepadaku. Aku menghubunginya pertama kali melalui facebook. Aku menyapanya dan dia pun membalasnya dengan baik. Terjadilah percakapan yang cukup lama. Kita saling bertanya satu sama lain, tentang hobby dan aktifitas sehari-hari.
Aku dan dia selalu berkomunikasi dengan baik setiap harinya, melalui telephone maupun hanya sekedar sms. Tak terasa tiga bulan berlalu. Rasa ingin bertemu pun tak terbendungi. Ini akan menjadi pertemuan pertama kami. Tentu banyak sekali yang akan tercurahkan saat kami bertemu nanti. Ternyata cinta tumbuh tak hanya dari pandangan pertama, tapi dari komunikasi jarak jauh pun juga mampu menumbuhkan cinta. Tentu perlu dipupuk dengan rasa nyaman, kesetiaan dan kepercayaan yang diberikan satu sama lain.

Orang Yang Ingin Aku Temui
Wanita itu bernama Indah. Sekarang dia bekerja sebagai Banker di kota Bali. Indah lahir di Jambi, dia kuliah di Bali dan mendapat pekerjaan disana. Dia belum bisa balik kejambi karena masih terikat kontrak kerja 5 tahun disana.
Meskipun aku dan dia belum pernah ketemu, tapi kita sudah paham dengan kebiasaan masing-masing. Oleh karena itu, aku pengen sekali terbang gratis ke Bali, biar bisa ketemu dengannya. Biarkan ini menjadi pertemuan pertama kami yang sangat berkesan.

Yang ingin kulakukan bersamanya
Satu hal romantis yang akan aku lakukan bersamanya yaitu melihat sunset di Pura Tanah Lot yang terdiri dari 2 buah pura merupakan pura tempat memuja dewa laut. Keunikan dari Pura ini adalah pura ini berada di atas sebuah batu karang besar di pinggir laut. Selain itu, kami juga akan merasakan indahnya alam di Danau Beratan Bedugul. Danau yang berlokasi di daerah pegunungan dengan suasana alam yang asri.
Tak lupa, kamipun akan berwisata kuliner disana. Aku ingin sekali mencicipi ayam betutu. Betutu merupakan makanan khas yang paling terkenal dan terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang semua usus (organ dalam) dikeluarkan. Perut ayam kosong kemudian diisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam.

Itinerary perjalanan
Aku akan ambil cuti selama satu minggu untuk menemui Indah di Bali. Tanggal 1 Juli 2015 berangkat dari kota Jakarta menuju Bali. Selama ini aku selalu menggunakan Citilink untuk melakukan perjalanan. Begitu juga untuk perjalanan menemui Indah kali ini, aku percayakan kepada citilink.

Mengapa pilih Citilink?
Satu hal yang aku cari ketika melakukan penerbangan adalah kenyamanan dan keselamatan. Tak dipungkiri bahwa banyak orang merasakan trauma yang cukup parah untuk melakukan perjalanan menggunakan pesawat setelah kecelakaan yang terjadi di beberapa maskapai penerbangan. Hal ini merupakan tantangan sendiri bagi maskapi penerbangan untuk tetap memberikan pelayanan dan kualitas yang baik terhadap konsumen, untuk menjaga kepercayaan konsumen terhadap masakapi penerbangan tersebut.
Citilink merupakan maskapai penerbangan yang murah tapi tidak murahan. Dari pemesanan tiket, hingga landing dikota tujuan, Citilink memberikan kenyamanan dan pelayanan yang baik. Citilink tidak pernah mengecewakan ku mengenai ketepatan waktu. Aku pun tidak pernah kawatir untuk melakukan perjanjian meeting dengan klien tepat satu jam berdasarkan jadwal landing dari citilink. Satu hal lagi yang sangat aku cintai dari citilink yaitu landing yang sangat lembut sekali.
Berikut adalah screenshot pemesanan Citilink CGK-DPS dari Traveloka App:
 

Aku tidak memiliki keluarga dan kerabat dekat di Bali, dan sangat tidak mungkin untuk aku menginap dirumah Indah selama beberapa hari disana. Aku putuskan untuk menginap di hotel Ibis yang sudah aku booking melalui Traveloka App.




Mengapa pilih Ibis Bali?
Hotel ibis sudah tidak asing lagi bagi diriku. Aku selalu menyarankan kepada klien untuk menginap disana. Hasilnya memang tidak mengecewakan. Pelayanan nya yang ramah dan fasilitasnya yang lengkap membuat kita betah berlama-lama menginap di hotel Ibis. Kali ini, kalau aku pergi kebali, aku juga akan menginap dihotel Ibis. Lokasinya yang dekat dengan pusat kota dan tempat wisata, membuat aku tidak kawatir untuk jalan-jalan disana hingga malam.

Kesan Pakai Traveloka App
           Senang sekali saat mengetahui ada Traveloka app, banyak keuntungan yang aku dapat setelah mendownload dan menggunakan Traveloka App, diantaranya:
1.    Gampang dan praktis sekali untuk booking tiket pesawat dan hotel di Traveloka app. Kapanpun dan dimanapun kita selalu bisa booking tiket di traveloka app. Prosesnya mudah dan aman.
2.     Desain aplikasinya juga mudah untuk dimengerti.
3.     Banyak diskon yang diberikan oleh traveloka kalau kita booking tiket di traveloka app.
4.     Kita bisa membandingkan harga tiket antar maskapai penerbangan.
5.     Informasi mengenai fasilitas dan lokasi hotel sangat lengkap.

Minggu, 24 Mei 2015

Seperti Budaya saja...



Saya senang sekali menghadiri sebuah acara seperti seminar, workshop atau perayaan besar dari sebuah perusahaan ternama. Beberapa hal menjadi faktornya, pertama, saya bisa bertemu dengan orang-orang penting dan cerdas. Secara tidak langsung saya bisa belajar dari cara mereka berjalan, makan malam, berbicara dan menyampaikan pidato. Kedua, saya bangga bias bertemu dan bertegur sapa dengan orang-orang yang berambisi untuk maju. Sebagian orang beranggapan, seminar dan workshop adalah satu hal yang membosankan. Bagi saya itu hanya pendapat orang-orang malas saja. Oleh karena itu, bertemu orang dalam acara seminar merupakan kesempatan bertemu dengan orang yang menatap kedepan untuk masadepan yang lebih baik. Ketiga, saya bisa mendapatkan semacam souvenir dari acara yg bersangkutan. Menjadi kolektor souvenir banyak manfaatnya, salah satunya, saya ingin suatu saat mengenang masa lalu yang saya lewati dengan penuh manfaat setiap waktunya. Tidak hanya tidur, menonton televisi dan berbincang-bincang di cafĂ© sembari bermain gadget. Life is too short to do something freaks…

Well, dari sekian acara seminar atau workshop  yang saya hadiri, ada kesamaan yang bisa saya simpulkan. Termasuk mengahdiri acara besar seperti perayaan ulang tahun sebuah perusahaan ternama yang dihadiri oleh orang nomor satu di kota ini. Tepat waktu, adalah satu hal yang sulit kita dapatkan disetiap acara formal maupun non formal. Terlalu sering kita mengetahui bahwa mereka yang mengadakan acara selalu ingkar dengan jadwal yang sudah mereka buat.

Suatu ketika, saya diundang mengahadiri sebuah acara di hotel berbintang. Dalam sebuah undangan sangat jelas sekali dituliskan bahwa acara dimulai jam 19.00 wib, dan peserta diharapkan untuk hadir pukul 18.00 wib untuk regristasi. Dengan alasan jadwal yang bentrok dan memikirkan sholat magrib saya pun datang terlambat 1 jam, sampai disana pukul 19.10 wib. Perkiraan saya sebelumnya, acara sudah berlangsung hingga kata sambutan dari Bapak Gubernur. Namun, setiba dilokasi, ternyata belum ada tanda-tanda acara sudah dimulai. Masih ada beberapa meja yang kosong termasuk meja para undangan penting yang sengaja ditempatkan paling depan. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan untuk para tamu sembari menunggu acara dimulai. Setelah mendapatkan info dari salah satu panitia, ternyata penyebab acara belum dimulai hingga pukul 20.25 wib ini adalah menunggu Bapak Gubernur yang diwakilkan oleh Bapak Sekretaris daerah. Walhasil, tamu dialihkan perhatianya dengan penampilan tarian-tarian dan makanan yang terhidang dimeja untuk dinikmati. Sehingga acara dimulai sekitar pukul 21.05 wib. Sounds terrible…

Hal semacam ini sudah “dibiasakan” oleh manusia itu sendiri, dan bukan lah menjadi masalah yang besar. Sebenarnya, kalau kita berada diposisi orang yang dirugikan, mungkin kita tidak akan bisa menerima keadaan semacam ini. Waktu yang Tuhan berikan kepada manusia 24 jam dalam 1 hari, rugi sekali kalau waktu ini dibiarkan berjalan tanpa ada hal-hal yang bermanfaat. Kalau kita perhitungkan, acara yang semula dijadwalkan mulai pukul 19.00 wib dan selesai pukul 21.00 wib, akan menjadi malapetaka bagi orang yang sebenarnya punya kegiatan lain setelah acara tersebut. Kegiatan mereka akan berantakan dan tidak sesuai dengan rencana sebelumnya. Bagi yang tidak punya rencana lain, istirahat dirumah dan bertemu keluarga bisa menjadi suatu yang bermanfaat. Wallahuallam..

Untukmu yang Tulang Rusukku Kau Ambil

Cinta, satu kata yang bisa membuat sebuah kisah paling sempurna dalam kehidupan ini. Ketika Adam dan Hawa dipertemukan, Cinta membuat merek...